Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Februari 2017

Tes Psikometri: Apakah itu?

Tes psikometri sering kali dilakukan dengan menggunakan kertas dan pena atau dengan menggunakan komputer, namun terkadang tes ini juga dapat dilakukan di lingkungan pekerjaan, tempat olahraga dan mesin lari otomatis. Apa pun bentuk tugasnya, tes psikometri didesain untuk menilai skor yang diperoleh. Skor bisa berdasarkan waktu pengerjaan maupun banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan tepat. Tes ini memungkinkan administrator tes untuk membuat perbandingan antara hasil seorang peserta tes dengan peserta lainnya sehingga seorang administrator tes dapat menyimpulkan bahwa kandidat A, misalnya, memperoleh skor yang lebih baik daripada kandidat B atau kandidat F,G, H, I, J dan K dinyatakan gagal! Jika Anda menghadapi tes psikometri sebagai bagian dari proses rekrutmen pekerjaan atau pendidikan dapat dipastikan bahwa jumlah orang yang mencalonkan diri untuk mengikuti proses rekrutmen tersebut jauh lebih besar dibandingkan jumlah lowongan yang tersedia. Beberapa organisasi paling banyak membutuhkan 40 orang untuk setiap lowongan. Pemilihan calon pekerja dan anak didik yang paling cocok biasanya dilakukan berdasarkan hasil tes yang dianggap paling adil dan objektif serta tidak memakan biaya. Setiap calon diundang untuk mengikuti tes dan hasil tes peserta akan dibandingkan untuk menentukan peserta yang akan mengikuti proses rekrutmen selanjutnya. Calon yang tersisa tidak dapat mengikuti proses rekrutmen selanjutnya. Banyak tipe tes yang digunakan, yang sifatnya spesifik maupun umum. Bisa berupa kuesioner yang bisa langsung diisi maupun beberapa subtes yang harus dikerjakan secara berurutan dalam waktu tertentu yang telah ditentukan per bagiannya dan hanya memiliki jeda waktu singkat di antara setiap subtes. Tes tersebut bisa dirancang untuk mengetahui stamina dan ketahanan juga bisa untuk mengetahui minat, kepribadian dan kemampuan. Contohnya antara lain:
• Tes IQ
• Penalaran verbal
• Analisis numerik
• Penalaran mekanis dan teknis
• Analisis diagram dan abstrak
• Tes sampel pekerjaan
• In-tray exercises
• Tes kemampuan pelatihan
• Kuesioner kepribadian
• Tes minat dan motivasi
Banyak istilah lain untuk menyebut bermacam-macam tes dan setiap tesnya bisa terdiri dari berbagai macam gaya dan tipe pertanyaan. Tes umumnya dibatasi oleh waktu, sedang kuesioner umumnya tidak memiliki batas waktu. Segera setelah Anda menyadari kebutuhan untuk lulus les dan melengkapi kuesioner, carilah informasi sebanyak-banyaknya mengenai kedua hal tersebut. Internet adalah sumber terbaik untuk mendapatkan informasi mengenai tes dan kuesioner, namun sebaiknya Anda sudah mengetahui dari organisasi penyelenggara rekrutmen mengenai jenis tes dan contoh soalnya. Meski Anda tidak mungkin mendapatkan tes yang sudah tak terpakai dan salinan asli tes tersebut. Namun jika Anda memiliki kesulitan yang akan memengaruhi kemampuan Anda menyelesaikan tes atau memengaruhi proses rekrutmen, segera beritahukan pada organisasi penyelenggara tes. Mintalah organisasi untuk menyiapkan bentuk tes yang berbeda untuk mengakomodasi kebutuhan Anda dan pada kondisi tertentu memungkinkan Anda mendapatkan penambahan waktu. Setelah tes, pihak organisasi diharapkan mau memberikan informasi mengenai hasil tes Anda, meski harus diminta terlebih dahulu. Berdasarkan hasil tes Anda, hendaknya pihak organisasi memberitahukan hal-hal yang menjadi kelebihan dan hal-hal yang harus Anda tingkatkan. Kebanyakan organisasi juga bersedia memberikan umpan balik hasil tes Anda melalui telepon.

Apa yang diharapkan pada saat tes
Kuesioner bisa Anda isi secara langsung atau dibawa pulang ke rumah dan dikembalikan bersama dengan surat lamaran. Namun, bisa juga Anda langsung diundang untuk mengikuti tes psikometri. Jangan terlambat! Berpakaianlah serapi dan sesopan mungkin. Anda adalah salah satu kandidat yang mungkin terpilih pada hari itu. Jika Anda khawatir kemungkinan akan mengikuti tes fisik, bawalah baju dan sepatu olahraga. Bacalah dengan cermat surat panggilan kerja, karena biasanya informasi seperti ini sudah tertulis di sana. Persiapkan semuanya dengan sungguh-sungguh. Mendapatkan hasil tes yang baik bukan hanya soal inteligensi dan kemampuan. Kerja keras dan kebulatan tekad juga memainkan peranan penting. Jika setelah selesai mengerjakan tes Anda tidak merasa lelah, mungkin Anda belum maksimal mengerjakannya. Diharapkan pada saat tes Anda dalam kondisi mental yang prima. Calon yang memperoleh hasil tes terbaik biasanya tidak dalam kondisi takut dan terbebani dengan tes. Kondisi mental seorang pemenang umumnya adalah seseorang yang memang mencari tantangan dan kesempatan. Anda berada di tempat tes untuk menunjukkan kemampuan Anda dan membuktikan kepada organisasi tempat Anda melamar, bahwa Andalah calon yang paling sesuai. Calon terbaik mengerjakan tes dengan kepercayaan terhadap diri dan kemampuan sendiri. Jika Anda tidak seperti itu, jangan berkecil hati. Setiap orang dapat mengembangkan kondisi mental yang prima ini. Rahasianya adalah pada persiapan. Mengikuti tes dengan persiapan yang baik dan menunjukkan bahwa Anda adalah kandidat yang terbaik. Persiapan yang baik membutuhkan banyak waktu untuk berlatih dan membuat Anda lebih siap untuk mengoptimalkan kelebihan dan meminimalkan kelemahan Anda. Jangan menunda waktu untuk memulai persiapan. Mulailah sesegera mungkin. Sangat penting untuk memperhatikan instruksi pengerjaan soal dengan cermat sebelum tes dimulai. Anda mungkin merasa cemas sehingga kurang dapat berkonsentrasi, namun tetaplah berusaha untuk fokus terhadap instruksi yang diberikan. Bacalah surat panggilan kerja Anda dengan cermat sebelum tes dilaksanakan karena umumnya instruksi tes sudah tercantum pada surat tersebut. Fokuskan perhatian pada keterangan mengenai jumlah pertanyaan dalam setiap subtes dan pastikan bahwa Anda sudah terbiasa dengan tipe setiap jenis soal. Lihatlah setiap akhir halaman, untuk memastikan sudah terdapat tulisan ‘selesai’. Anda pasti terkejut jika mengetahui banyaknya orang yang salah menyimpulkan bahwa mereka sudah sampai di akhir halaman soal yang harus dikerjakan. Mereka berhenti mengerjakan dan menunggu sampai waktu habis ketika seharusnya mereka masih harus mengerjakan soal yang tersisa. Tetaplah mengerjakan dan tentukan waktu yang efektif untuk mengerjakan setiap soal sesuai dengan waktu yang ditentukan. Sebaiknya Anda mengerjakan soal berurutan dari awal sampai akhir. Seimbangkan antara waktu dan keakuratan jawaban. Lebih baik jika Anda mengambil risiko dengan menjawab salah beberapa soal, namun tetap berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan daripada Anda kehabisan waktu berkutat di soal tertentu saja. Latihan sangat membantu meningkatkan kemampuan ini. Jika Anda menemukan soal yang sulit, jangan putus asa. Teruslah berusaha––setiap orang pasti melakukan kesalahan. Anda mungkin menemukan soal selanjutnya jauh lebih mudah. Jika Anda tidak mengetahui jawabannya, tetaplah mencoba untuk menebak. Jika Anda tidak yakin dengan jawaban pilihan ganda, cobalah cari jawaban yang Anda perkirakan tidak masuk akal. Coret jawaban ini, dan pikirkan jawaban yang Anda anggap paling masuk akal. Cara ini diperkirakan dapat memperbesar peluang menjawab dengan benar.

Disadur dari Buku Bank Soal Tes Psikometri Pengarang Mike Bryon Penerbit Indeks Jakarta [Bab 1 hal 1].

Kamis, 19 Januari 2017

Teknik Lobi dan Diplomasi

Mengapa Perlu Belajar tentang Lobi?
Pengetahuan tentang lobi tidak hanya perlu dikuasai  mahasiswa jurusan komunikasi, tetapi perlu juga dipelajari mahasiswa dari semua jurusan. Mengapa demikian? Sebab, pada akhirnya, semua mahasiswa akan terjun ke masyarakat baik sebagai anggota masyarakat pada umumnya, maupun menjadi bagian dari organisasi yang berhubungan dengan berbagai pihak.  Mereka dapat berperan sebagai pimpinan organisasi atau berperan sebagai anggota biasa.  Organisasi yang akan menjadi tempat mahasiswa bergabung dapat berbentuk organisasi pencari laba (perusahaan) dan bisa juga organisasi nirlaba (organisasi sosial kemasyarakatan yang tidak mencari laba) seperti organisasi politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Lembaga bantuan konsumen dan sebagainya.   
Apa pun peran mahasiswa ketika sudah terjun ke masyarakat, organisasi atau perusahaan tempat mereka tergabung harus berhubungan dengan masyarakat, pemerintah, maupun dengan organisasi lain. Kadangkala mereka dituntut mewakili perusahaan berhubungan dengan pihak luar (supplier) yang memasok kebutuhan organisasi atau perusahaan, dan sebagainya.  Pada saat organisasi, atau perusahaan, ini tengah melakukan hubungan dengan organisasi atau perusahaan lain, di situlah mereka berperan menjadi juru bicara, sebagai wakil organisasi atau perusahaan yang berusaha mewujudkan tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan organisasi atau perusahaan.
Bila mereka terjun ke perusahaan sebagai karyawan, mereka akan mewakili perusahaan tersebut untuk berhubungan dengan berbagai pihak yang menjadi stakeholder perusahaan. Mereka harus memperjuangkan kepentingan perusahaan saat berhubungan dengan stakeholder tersebut.
Sebaliknya, bilamana mereka terjun sebagai wiraswastawan murni, mereka pun  harus berhubungan dengan stakeholder juga. Sebagai contoh, mereka harus bekerja sama dengan pemerintah ketika  harus mengurus perizinan. Baik itu untuk izin pelaksanaan ekspor-impor buat perusahaan eksportir, mengurus izin lokasi, izin mendirikan bangunan, sertifikat HGB, dan sebagainya tergantung dari perusahaan yang diwakilinya. 
Dalam hal ini, fungsi lobi diperlukan untuk melengkapi berbagai upaya organisasi atau perusahaan dalam memeroleh perizinan dan hal yang terkait dengan pihak luar. Memang dalam mengurus seluruh aspek perizinan misalnya, dapat dilakukan melalui pertemuan formal berupa rapat, diskusi dan sebagainya. Namun, tidak setiap pertemuan formal dapat menghasilkan kesepakatan, menghasilkan surat izin yang dibutuhkan perusahaan. Pada situasi demikianlah lobi sangat dibutuhkan. Lobi adalah salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang bersifat informal yang dilakukan guna memeroleh hasil sebagaimana yang diharapkan  organisasi ataupun perusahaan. 
Kemampuan melobi ini akan memberi hasil jauh berlipat ganda, jika para pelobi juga menguasai teknik-teknik diplomasi dan negosiasi. Dengan menguasai teknik-teknik lobi yang didukung kemampuan diplomasi dan negosiasi, pelobi akan menguasai teknik memengaruhi orang lain, menguasai seni berunding dan tawar-menawar serta menguasai seni menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu tanpa orang tersebut merasa terpaksa. Dengan demikian, peluang memengaruhi orang untuk mengikuti kehendaknya, mengabulkan usulan, rencana dan gagasannya akan lebih besar. 
 Apa Kata Masyarakat tentang Lobi?
Ada pendapat yang mengatakan bahwa keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan kerugian pada pihak lain. Pihak lain yang dimaksud di sini adalah  kompetitor, masyarakat, ataupun mitra bisnis Anda. Posisi profesi pelobi masih dipandang negatif bagi sebagian masyarakat kita.
Di kalangan masyarakat umum, fungsi lobi mengandung makna sedikit negatif karena tujuannya tidak lain adalah untuk mewujudkan kepentingan pelobi, bukan untuk kepentingan masyarakat banyak. Dengan kata lain, lobi dapat berpotensi merugikan masyarakat banyak,  keputusan yang diambil pemerintah dapat menguntungkan pihak pelobi saja dengan alasan berikut ini. 
Seperti pendapat Tarmudji (1993:2), sasaran lobi adalah pejabat pemerintah. Hal tersebut memungkinkan pejabat pemerintah melakukan penyalahgunaan wewenang.  Menguntungkan satu pihak dan mengalahkan kepentingan pihak yang lain. Apalagi, jika si pelobi memiliki kemungkinan untuk memberikan sesuatu imbalan atau kompensasi tertentu pada pejabat pemerintah  berupa sogokan, fasilitas, kemudahan, kemewahan dan sebagainya, agar keinginannya  berhasil atau memperlancar jalan usahanya.
Lobi memungkinkan pejabat pemerintah memenangkan pelobi yang memiliki kelebihan dan memberikan dukungan fasilitas padanya. Mengalahkan yang lain, yang dinilai hanya memberikan sedikit keuntungan atau tidak mendatang keuntungan sama sekali. 
Banyak kalangan memandang, pejabat pemerintah tidak memandang kualitas, profesionalisme dan nilai-nilai positif lainnya. Sebaliknya, yang dipandang ialah kuantitas barang dan fasilitas yang dia terima sebagai dasar pengambilan keputusan untuk memenangkan pelobi.
Hal seperti ini memunculkan orang yang pandai dalam hal berkomunikasi, namun lemah dalam kompetensi dasar sebagai pemenang. Para pegawai yang memiliki kualitas keahlian (skill), pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude) yang baik akan terpinggirkan hanya karena tidak pintar berkomunikasi dan bersilat lidah.
Dalam organisasi, atau perusahaan sendiri, juga bisa terjadi lewat lobi orang yang tidak memiliki kompetensi manajerial maupun leadership bisa menduduki posisi tinggi.  Ini akan mematikan kreativitas pegawai dan semangat kompetisi. Dampak negatifnya ialah orang yang ahli dalam organisasi dan perusahaan tersebut lari meninggalkan organisasi atau perusahaannya pindah ke tempat lain. 
Di sisi lain, bagi kalangan tertentu, ada juga yang mendukung kegiatan lobi-melobi ini.  Dengan kemajuan teknologi informasi, ilmu pengetahuan dapat diperoleh dan dipelajari dari berbagai sumber dengan mudah dan biaya murah. Keunggulan seseorang tidak lagi dilihat dari gelar kesarjanaan, keahlian dan pengalaman semata. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan lain yang dinilai positif.  Keahlian tersebut adalah keahlian membangun jaringan kerja atau networking yang luas melebihi orang lain.   
Luasnya networking seseorang memungkinkan ia lebih sukses dari yang lain. Untuk itulah mereka perlu mengimbanginya dengan meningkatkan kemampuannya melobi.  Dengan kemampuan melobi ini, ditambah networking yang luas memungkinkan kariernya sebagai individu meningkat pesat dan organisasi atau perusahaan tempatnya bergabung  ikut terangkat maju. Orang yang memiliki networking luas sangat dibutuhkan organisasi dan perusahaan dewasa ini. Bila kita melihat iklan lowongan kerja di surat kabar tidak hanya gelar kesarjanaan, keahlian dan pengalaman yang dituntut. Namun, luasnya relasi juga turut  menentukan seorang pelamar diterima menjadi pegawai atau tidak. Itu berarti  kompetensi seseorang dalam kegiatan lobi-melobi telah membuatnya memiliki keunggulan bersaing dan dengan sendirinya kini fungsi dan profesi lobi menduduki tempat yang tidak lagi dipandang rendah. 
Sejalan dengan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, lobi bisa dipandang negatif bisa juga dipandang positif. Sama seperti sebilah pedang yang tajam yang bisa dipergunakan untuk tujuan baik bisa juga dipergunakan untuk tujuan buruk, demikian juga dengan lobi. Sejauh lobi ditujukan untuk kemajuan individu, organisasi atau perusahaan secara positif, berpatokan pada etika dan terkandung nilai-nilai religi, lobi itu akan menjadi suatu yang baik.
Pentingnya Lobi bagi Individu dan Organisasi

Seiring dengan bergesernya sikap masyarakat terhadap lobi ini, berbagai aksesori yang mengikuti kegiatan lobi ikut bergeser. Kegiatan lobi yang profesional kini tidak lagi hanya diikuti atau didukung segala aksesori untuk keperluan sogok-menyogok semacam ”under table money” alias uang suap atau uang semir  atau  pertemuan di hotel mewah yang disertai kerling genit wanita pendamping lobi seperti lady’s escort.  Meski aksesori yang tradisional ini juga masih dilakukan  segelintir individu yang melanggar etika, fasilitas pendukung lobi ini kini juga telah bergeser ke dalam wujud yang ”abstrak” atau intangible. Bukan lagi fasilitas mobil, uang sogokan, dan segala pernak-pernik lainnya, kini seseorang telah membekali lobinya dengan ’gambaran’ peluang (opportunity), janji keuntungan, kepercayaan dan bahkan segala sesuatu yang masih bersifat potensi atau belum nyata. Dan seterusnya.....
Disadur dari Buku Teknik Lobi dan Diplomasi Pengarang Zainal Abidin Partao Penerbit Indeks Jakarta. [Bab 1 hal 1]

Desain Anavar Satu-Jalan

Pada bab 8 telah dijelaskan mengenai desain penelitian eksperimental dua-kelompok, yang digunakan untuk membandingkan dua variasi dari sebuah 5B. Bagaimana bila kita akan membandingkan lebih dari dua variasi 5B? Kemudian, mencari tahu manakah variasi VB yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap VT? Apakah desain dua-kelompok dapat digunakan untuk menjawab kedua pertanyaan ini?
Misalnya saja, seorang guru mengetahui bahwa ada tiga metode pengajaran, yaitu metode ceramah, metode diskusi, dan metode collaborative learning. Ia ingin mengetahui metode pengajaran apa yang memiliki pengaruh terbesar terhadap prestasi siswa, sehingga akan digunakan pada mata pelajaran yang diajarkannya. Bila ia ingin menjawabnya dengan melakukan penelitian eksperimental, apakah dapat dilakukan desain dua-kelompok?
Dengan menggunakan desain dua-kelompok, maka ada tiga kali penelitian eksperimental yang harus dilakukan. Pertama, membandingkan siswa yang diberikan metode ceramah dengan siswa yang diberikan metode diskusi. Kedua, membandingkan siswa yang diberikan metode ceramah dengan siswa yang diberikan metode collaborative learning. Dan ketiga, membandingkan siswa yang diberikan metode diskusi dengan siswa yang diberikan metode collaborative learning. Kemudian dari setiap penelitian dilakukan analisis statistik seperti desain dua-kelompok terhadap prestasi siswa, yaitu menggunakan uji-t. Dari tiga hasil perhitungan uji-t, dapat diketahui metode yang memberikan pengaruh terbesar terhadap prestasi para siswa dari uji signifikansinya dengan membandingkannya pada tabel. Tabel berikut memberikan hasil dari uji-t penelitian tersebut.

Penelitian
Perbandingan
Signifikansi uji-t
1
ceramah – diskusi
0,00*
2
ceramah – collaborative learning
0,78
3
Diskusi - collaborative learning
0,01*
* signifikan pada los 0,05

Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode diskusi terhadap prestasi siswa dan antara metode diskusi dengan metode collaborative learning, namun tidak ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode collaborative learning. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan metode pengajaran yang paling berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena metode diskusi selalu menyebabkan hasil uji-t signifikan, sedangkan metode ceramah dan metode collaborative learning tidak berbeda pengaruhnya terhadap prestasi.
Dari contoh di atas, ternyata prosedurnya cukup merepotkan. Untuk membandingkan tiga metode belajar diperlukan tiga kali penelitian eksperimental yang melibatkan dua-kelompok pada setiap penelitiannya. Bila penelitian di atas akan dilakukan di suatu sekolah, maka penelitian ini minimal membutuhkan waktu tiga tahun, karena setiap penelitian eksperimental dilakukan selama satu tahun ajaran. Supaya hasilnya dapat diperbandingkan, maka penelitian selanjutnya juga dilakukan pada tingkat kelas yang sama dengan materi pelajaran yang sama pula. Atau mungkin cara yang lebih praktis, pada tingkat kelas sama dan tahun ajaran yang sama, ketiga penelitian eksperimental tersebut dilakukan bersamaan. Dengan demikian dibutuhkan enam kelompok penelitian, di mana masing-masing metode belajar diberikan pada dua kelas. Kemudian di akhir tahun ajaran, prestasi dianalisis secara statistik dengan uji-t.
Walaupun cara kedua ini dirasakan tidak terlalu merepotkan dibandingkan cara pertama, tetap saja tidak praktis. Ada dua alasan yang mendasari. Alasan pertama, penelitian ini tetap membutuhkan tiga penelitian eksperimental berdesain dua-kelompok yang melibatkan enam kelompok penelitian, hanya untuk melihat perbedaan dari tiga metode pengajaran (tiga variasi VB). Bila kita akan membandingkan enam variasi VB maka dibutuhkan enam penelitian eksperimental berdesain dua-kelompok yang melibatkan dua belas kelompok penelitian. Dilihat dari prosedur penelitian, alangkah sangat tidak praktisnya desain dua-kelompok untuk membandingkan lebih dari dua variasi VB. Selain itu, seringkali jumlah kelas tidak mencukupi untuk melaksanakan penelitian dengan cara tersebut.
Alasan kedua, dilihat dari analisis statistik yang digunakan. Untuk mengetahui signifikansi uji-t yang dihitung (dan juga hasil analisis statistik lainnya), perlu diketahui level of significance (disingkat los). Besarnya los menunjukkan proporsi kemungkinan kesalahan (chance error) yang dapat diterima atau ditoleransi yang terjadi pada hasil penelitian. Misalnya dengan los sebesar 0,05, artinya diharapkan 95% dari perbedaan VT pada kelompok-kelompok penelitian disebabkan oleh VB yang diberikan, sedangkan 5% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor di luar VB. Dalam penelitian psikologi, los yang biasa digunakan lebih kecil atau sama dengan 0,05.

Disadur dari Buku Psikologi Eksperimen Karangan Liche Seniati, Aries Yulianto dan Bernadette N. Setiadi Penerbit INDEKS Jakarta. [Bab 9 hal 149]