Tampilkan postingan dengan label Metode. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Metode. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Februari 2017

Menata dan Memelihara Kebun Sekolah

Sekolah memiliki kewajiban untuk menyediakan fasilitas bejalar-mengajar yang memadai, tentu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Kebutuhan terhadap fasilitas ini adalah dalam rangka kelancaran berlangsungnya kegiatan bejalar-mengajar di sekolah. Selain itu juga memberi dampak psikologis, yaitu untuk memunculkan motivasi mengajar bagi guru, dan motivasi belajar untuk murid. Kombinasi dari kedua aspek tersebut akan meningkatkan kualitas pembelajaran, menjadi lebih produktif. Fasilitas sekolah yang dimaksud adalah berbentuk perlengkapan fisik yang memiliki hubungan dan interaksi langsung dengan siswa, dan memberi pengaruh yang signifikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Fasilitas sekolah bisa menjadi sumber inspirasi dan kreasi seluruh warga sekolah, baik guru, karyawan maupun siswa. Beberapa fasilitas yang disediakan sekolah harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
1. Memadai
2. Nyaman dan menyenangkan
3. Aman
4. Sehat
5. Edukatif
6. Efektif

Dengan demikian fasilitas yang baik itu bukan yang serba wah, dengan harga yang selangit, dan teknologi tinggi dan modern. Tapi fasilitas yang baik itu diukur dari optimalisasi potensi yang ada. Misalnya saja, perpustakaan yang sederhana namun diperkaya dengan program-program yang kreatif, interaktif dan efektif tentu akan lebih baik dibandingkan dengan perpustakaan yang besar dan jumlah
buku yang melimpah namun sepi aktivitas. Demikian pula, perangkat komputer yang sederhana dengan jumlah terbatas akan memiliki nilai lebih ketika dibarengi dengan sekian banyak aktivitas kreatif. Diantara sekian banyak fasilitas yang disediakan oleh sekolah, diantaranya adalah fasilitas kebun sekolah. Beberapa sekolah menyediakan kebun sekolah sebagai tempat eksperimen, penghijauan, atau bahkan lebih jauh lagi sebagai sumber usaha.

Mimpi Buruk Berkebun di Sekolah
Sekilas mungkin anak didik kita bisa dibuat kebingungan ketika kita menawarkan kepada mereka, “Berkebun yuk di sekolah?”. Bingung karena ketika dilontarkan pertanyaan tadi, kemudian terlintas di pikiran mereka, Kebun Sekolah? ’Ndeso bangeeet! Tiap hari harus pergi ke kebun, memastikan apakah tanamannya baik-baik saja, barangkali ada kambing milik tetangga sekitar yang masuk ke kebun, melahap habis tanaman kita. Sungguh sangat merepotkan, pagi-pagi sudah mengeluarkan energi untuk lari kesana kemari menghalau kambing yang masuk. Setidaknya, repot untuk berteriak mengusir semua kambing tadi supaya ’angkat kaki’ dari kebun kita. “Hus! Hus! Hus! Sana pergi! Dasar kambing tidak tahu diri, masuk kebun orang tidak minta ijin pemiliknya dulu”. Nampaknya, kambingnya sendiri bisa dibuat tertawa mendengar kita menggerutu seperti itu. Darimana sejarahnya
ada kambing yang minta ijin dulu kalau mau masuk kebun orang. Namanya juga kambing. Belum lagi ’perlengkapan perang’ standar yang harus dibawa ke kebun, yang mungkin untuk sebagian anak didik kita berkata, engga banget deh! Di tangan kanan membawa cangkul, yang kiri membawa arit, di pinggang golok, di kepala topi caping khas petani. Terbayang, mereka pergi ke sekolah dengan membawa perlengkapan seperti itu, naik kendaraan umum pula. Sungguh menggelikan, sekaligus kasihan. Terlebih bagi anak didik kita yang sudah beranjak dewasa, memasuki masa puber, di mana mereka sudah memiliki rasa malu khususnya tampil di depan lawan jenisnya, sudah memiliki hasrat untuk bersolek, selalu ingin tampil menawan di depan lawan jenisnya. Bagi mereka, hal ini sangat mungkin menjadi perkara serius, pergi ke sekolah naik kendaraan umum dengan membawa seluruh perlengkapan perang tadi. Apalagi kalau seandainya di dalam kendaraan umum yang ditumpangi itu terdapat siswi-siswi cantik. Dan seterusnya...

Bangunkan Mereka dari Mimpi Buruk
Jelas, kalau pikiran yang seperti itu yang muncul ketika mereka diajak untuk membuat kebun di sekolah, itu tandanya mereka harus segera bangun dari tidurnya, karena mereka sedang tidur dan bermimpi buruk, mimpi buruk tentang repotnya mengelola kebun sekolah. Ya, semua pikiran tadi adalah mimpi buruk, bahkan terlalu berlebihan untuk menggambarkan realitas berkebun di sekolah. Padahal kenyataannya tidak sedramatis itu. Mereka terlalu khawatir akan sisi negatifnya, sehingga wajar pikiran yang keluar seperti itu. Coba seandainya mereka disodorkan fakta sisi positifnya, mereka pasti ingin segera praktek ke lapangan setelah membaca buku ini. Apa manfaat positif dari kebun sekolah? Dalam tulisan selanjutnya hal ini akan dibahas.

Manfaat Kebun Sekolah
Mulailah untuk memberikan penjelasan kepada anak didik kita apa saja manfaat kebun sekolah. Baik manfaat untuk mereka sendiri, untuk sekolah, termasuk manfaatnya untuk dunia. Sehingga, mereka tertarik untuk terjun mengelola kebun sekolah bukan hanya sekedar keinginan yang bersifat sementara, tetapi berangkat dari sebuah kesadaran yang mendalam akan manfaat kebun sekolah.

Manfaat untuk mereka
Menyalurkan bakat & kreativitas Remaja biasanya selalu dipenuhi dengan ide dan gagasan. Kreativitasnya selalu muncul seperti air di sungai, mengalir terus. Dorongan untuk aktif berkarya sangat besar, memiliki keinginan kuat membuat suatu kreatifitas sesuai dengan bakatnya untuk menunjukkan eksistensinya. Ada yang berkreasi di bidang musik, olah raga, akademis, sosial, termasuk di bidang keterampilan yang sedang kita bahas ini, keterampilan dalam berkebun. Menurut penelitian usia remaja merupakan masa emas (golden age) untuk pengembangan bakat dan kreatifitas.
Jadi harus dipahamkan kepada anak didik kita, bahwa jangan sampai merasa diri remaja kalau tidak memiliki kreativitas, tidak memiliki keinginan untuk berkarya, mengembangkan bakatnya. Sampaikan bahwa bila remaja kehidupannya seperti itu, dijamin pasti akan membosankan sekali. Bangun tidur, mandi, makan, berangkat ke sekolah, mendengarkan pelajaran dari guru di kelas, bubar sekolah, langsung pulang ke rumah, belajar, itupun belajar kalau besok ada ujian, kemudian setelah itu tidur. Besoknya? Ya, seperti itu lagi rutinitasnya. Tidak ada yang seru kan pola hidup yang seperti itu? Monoton, tidak dinamis. Kalaulah diumpamakan seperti nonton tv hitam putih. Hari geneee masih nonton tv hitam putih? Plis deh! So, Move! Move! Move! Ayo berkreasi! Buktikan Merahmu! (loh, serasa iklan yah).

Manfaat untuk sekolah
Membangun ketahanan pangan di sekolah Pernah mendengar istilah ketahanan pangan? Mmmh...nampaknya pernah dengar istilah itu. Kapan? Ya barusan! Yeee, cape deh! Atau mungkin hanya pernah mendengar saja, tapi tidak tahu apa maksud istilah tersebut? Kalau begitu, coba dilihat situsnya Departemen Pertanian RI di www.deptan.go.id, disana ada penjelasan tentang arti istilah ketahanan pangan. Dalam tulisannya disebutkan : Sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996,
pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut: a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ke-tersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama. c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Jadi maksud dari ketahanan pangan tuh, yaaa...gitu deh! Maksudnya, di dalam tulisan yang dikutip tadi sudah cukup jelas disebutkan, yang ringkasnya, bagaimana supaya kita bisa memenuhi kebutuhan akan makanan pokok kita sehari-hari. Titik. Makanan harus selalu ada, itu merupakan kebutuhan pokok kita, alasannya karena, sebagaimana lagunya Serieus...rocker juga manusia. Dari mana sejarahnya ada rocker yang tidak makan, segarang apapun penampilannya, pasti butuh makan juga. Coba saja tanya langsung si Candil,
vokalisnya Serieus. Dan seterusnya...

Disadur dari Buku Menata dan Mengelola Kebun Sekolah Pengarang Indari Masuti Penerbit Indeks Jakarta. [Bab 1 dan 2]

Dasar Structural Equation Modelling

Konsep Dasar
Penelitian manajemen, psikologi, sosial dan teknik industri umumnya merupakan penelitian multidimensi yang mencoba menjelaskan sebuah fenomena dengan mengamati berbagai fenomena praktis melalui berbagai dimensi atau indikator. Dalam kenyataannya, dunia manajemen, psikologi, sosial dan teknik manajemen industri adalah sebuah dunia yang relatif “rumit” karena bersifat multidimensional. Maka muncullah model yang rumit sehingga membawa dampak dalam proses pengambilan keputusan yang “rumit” karena adanya berbagai pola hubungan kausalitas yang berjenjang. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah alat analisis yang mampu memecahkan dan memberikan solusi terbaik untuk model “rumit” tersebut. Berbagai alat analisis yang selama ini kita kenal untuk penelitian multidimensi adalah :
• Analisis Faktor Eksploratori
• Analisis Regresi Berganda
• Analisis Diskriminan
Kelemahan utama dari teknik – teknik tersebut di atas adalah bahwa teknik – teknik tersebut hanya dapat menganalisis satu hubungan pada satu waktu atau hanya dapat menguji satu variabel dependen melalui beberapa variabel independen. Padahal dalam kenyataannya, kita dihadapkan oleh lebih dari satu variabel dependen yang harus saling berhubungan. Lalu teknik analisis apa yang akan kita gunakan untuk menganalisis masalah “rumit” tersebut? Teknik SEM (Structural Equation Modeling) yang merupakan kombinasi dari beberapa teknik multivariat ini adalah jawabannya untuk menyelesaikan masalah yang rumit tersebut. Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan teknik – teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut dapat diartikan sebagai rangkaian hubungan yang dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen, di mana setiap variabel dependen dan independen berbentuk faktor atau konstruk yang dibangun dari beberapa indikator yang diobservasi atau diukur langsung. SEM memiliki nama lain seperti causal modeling, causal analysis, simultaneous equation modeling dan analisis struktur kovarians. Sering SEM disebut sebagai Path Analysis atau Confirmatory Factor Analysis. SEM sebagai alat analisis, peneliti dapat menjawab masalah yang bersifat regresif dan dapat mengidentifikasi dimensi – dimensi dari sebuah konsep (dimensional), oleh sebab itu SEM dapat dikatakan sebagai kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi berganda. Namun di dalam menggunakan SEM sebagai alat analisis, peneliti harus membangun modelnya berdasarkan justifikasi teoritis atau proses nalar yang cukup kuat sehingga analisis faktor yang berlaku di dalam SEM adalah analisis faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis) karena bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah indikator yang digunakan dan mempunyai pijakan teori dan nalar yang cukup dapat mengkonfirmasi faktornya.

Konvensi SEM
Beberapa konvensi SEM yang berlaku dalam diagram SEM adalah sebagai berikut:
Variabel terukur (Measured Variable): 
Variabel ini disebut juga observed variable, indicator variable atau manifest variable. Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui penelitian lapangan, misalnya melalui instrumen survey. Variabel ini digambarkan dalam bentuk segiempat atau bujur sangkar.

Faktor: 
Variabel ini disebut juga latent variable karena merupakan variabel bentukan, konstruk atau unobserved variable. Faktor adalah variabel bentukan yang dibentuk melalui indikator – indikator yang diamati dalam dunia nyata. Faktor digambarkan sebagai oval atau elips.

Hubungan antar variabel: 
Hubungan antar variabel dinyatakan dalam garis. Bila tidak ada garis berarti tidak ada hubungan langsung yang dihipotesiskan. Bentuk – bentuk garis dari hubungan antar variabel tersebut adalah:
Garis dengan anak panah satu arah
Garis ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas (regresi) yang dihipotesakanantara dua variabel, di mana variabel yang dituju oleh garis anak panah satu arahini adalah variabel dependen (endogen) dan yang tidak dituju / ditinggal oleh anakpanah satu arah adalah variabel independen (eksogen).
Garis dengan anak panah 2 arah
Garis ini menunjukkan adanya korelasi antar dua variabel. Bila peneliti ingin meregresi dua buah variabel independen terhadap satu atau beberapa variabel dependen, maka syarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya korelasi antar variabel independen (nilainya kecil). Jadi garis ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi dan kemudian layak atau tidak dilakukan regresi antar variabel.

Jenis – Jenis Model
Dalam pemodelan manajemen, psikologi, sosial dan teknik manajemen industri,
peneliti dapat menggunakan dua macam model yaitu model deskriptif dan model prediktif.
Dalam pendekatan SEM kedua model tersebut dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Model Deskriptif: Measurement Model
Model deskriptif adalah model yang ditujukan untuk mendeskripsikan sebuah keadaan atau sebuah konsep atau sebuah faktor. Dalam pemodelan SEM model ini disebut sebagai measurement model atau model pengukuran karena digunakan untuk mengukur kuatnya struktur dari dimensi – dimensi yang membentuk sebuah faktor. Measurement model adalah proses pemodelan dalam penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki unidimensionalitas dari indikator – indikator yang menjelaskan sebuah variabel laten. Karena measurement model berhubungan dengan faktor maka analisis yang dilakukan sesungguhnya sama dengan analisis faktor hanya disini, peneliti memulai penelitiannya dengan menentukan terlebih dahulu beberapa variabel yang dipandang sebagai indikator dari sebuah faktor dan ia akan menggunakan teknik SEM untuk mengkonfirmasi model tersebut. Itulah sebabnya teknik
analisis ini disebut confirmatory factor analysis. Measurement model akan menghasilkan penilaian mengenai validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan (discriminant validity)
Measurement model dapat dilakukan secara menyeluruh maupun secara parsial.
Berikut akan dijelaskan tiga model.
1. Measurement Model
a. Measurement Model Secara Menyeluruh
Dalam model pengukuran ini, model yang sudah dibuat oleh peneliti berdasarkan justifikasi teori, semua hubungan antara konstruk dengan konstruk digambarkan dengan bentuk garis panah dua arah yang bertujuan untuk menganalisis korelasi. Korelasi antar variabel independen nilainya kecil (tidak ada korelasi). Apabila korelasinya besar dipilih yang besar nilainya, sedangkan variabel independen dengan dependen korelasi diharapkan besar (signifikan). Pada sub bab ini tidak menutup kemungkinan yang tadinya jadi variabel dependen menjadi variabel independen akibat measurement model secara menyeluruh (simultan). Unidimensionalitas dari dimensi – dimensi yang membentuk konstruk juga dapat dianalisis. Gambar di bawah ini adalah contoh dari measurement model yang dilakukan secara menyeluruh, tahap ini harus dilakukan dulu sebelum SEM dioperasikan.
2. Measurement Model Untuk Model Two Step
3. Measurement Model Two Step Menjadi One Step

Dan seterusnya...

Disadur dari Buku Panduan dan Aplikasi Structural Equation Modelling Pengarang Minto Waluyo Penerbit Indeks Jakarta [Bab 1 hal 1].

Selasa, 31 Januari 2017

Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif

Kuantitatif v.s. Kualitatif
Penelitian kualitatif dan kuantitatif sering diartikan secara salah sebagai masalah ada atau tidaknya statistik, ekonometrika, atau matematika sebagai alat analisis data. Penggunaan kata kualitatif dan kuantitatif mungkin turut berperan dalam kesalahkaprahan tersebut. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif berawal dari perbedaan mendasar pada paradigma maupun filosofi dasar yang melandasinya. Perbedaan paradigma dan filosofi dasar tersebut sering tidak disadari oleh para peneliti yang menganut masing-masing aliran, baik kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai akibatnya, sering debat antara para peneliti kualitatif dan kuantitatif tidak menyentuh esensi tetapi lebih pada atribut di permukaan. Sebagai contoh, para penganut aliran kuantitatif sering “menuduh” penganut aliran kualitatif tidak dapat menunjukkan validitas, reliabilitas, objektivitas, maupun generalisasi hasil penelitian (Crotty 1998; Miles & Huberman 1994). Di sisi lain, peneliti kualitatif “menyerang” peneliti kuantitatif dengan keengganan mereka untuk berinteraksi dengan objek penelitian dan kedangkalan analisis. Salah kaprah tidak hanya berhenti sampai di sana. Sering kita menjumpai kesalahkaprahan tersebut menyebabkan tercampur aduknya metode, metodologi, alat, perspektif teoritis, dan epistemologi. Tidak jarang dijumpai pemaknaan istilah etnografi, symbolic interactionism, constructivist, dan lainnya menjadi kabur. Bagian ini ditulis untuk menjernihkan kesalahkaprahan tersebut dan menempatkan perspektif yang jelas akan perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif sehingga debat berkepanjangan yang tidak perlu tidak terjadi.

Pengertian Dasar
Sebelum membahas penelitian kualitatif dan kuantitatif, terlebih dahulu kita harus mengerti beberapa istilah dasar. Setiap kali memulai penelitian (mungkin dalam proses penyusunan proposal) peneliti dihadapkan pada pertanyaan mengenai metodologi dan metode yang akan digunakan. Selanjutnya kita juga dihadapkan pada bagaimana meyakinkan (justifikasi) pilihan metodologi dan metode kita merupakan pilihan yang paling tepat. Lebih mendalam lagi, pilihan metodologi dan metode penelitian yang kita gunakan merupakan perwujudan asumsi dasar yang kita gunakan, dengan kata lain merupakan perwujudan perspektif teoritis yang kita anut. Penelusuran lebih mendalam lagi akan menyentuh sisi epistemologis yang kita anut. Dan seterusnya...

Epistemologi adalah teori mengenai pengetahuan yang terkandung dalam perspektif teoritis dan dengan sendirinya dalam metodologi (Ambert et al. 1995; Blaikie 2000). Ada beberapa epistemologi yang berbeda yaitu Objectivism, Constructionism, Subjectivism, dan beberapa variannya (Crotty 1998).
Perspektif teoritis adalah landasan filosofis yang membentuk metodologi dan dengan demikian memberikan konteks untuk proses dan dasar logika dan kriteria (Crotty 1998; Guba & Lincoln 1994).
Metodologi adalah strategi, rencana, proses, atau rancangan yang berada di balik pilihan dan penggunaan metode tertentu dan menghubungkan pilihan dan penggunaan metode untuk mencapai hasil penelitian yang diinginkan (Creswell 2003; Leedy & Ormrod 2005). Metode adalah teknik atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001). Bagian berikut ini akan membahas pengertian dasar epistemologi dan perspektif teoritis.

Epistemologi
Epistemologi berkaitan dengan sifat suatu pengetahuan (Crotty 1998; Hamlyn 1995). Lebih jelasnya, epistemologi berkaitan dengan filosofi dasar untuk memilih pengetahuan seperti apa yang mungkin diciptakan dan bagaimana memastikan pengetahuan tersebut memadai dan sahih (Hamlyn 1995; Maynard 1994). Sebagai peneliti, epistemologi yang kita adopsi menjadi penting untuk mendeskripsikan metodologi yang kita gunakan. Ada beberapa epistomologi, misalnya objectivism. Objectivism beranggapan bahwa makna, pengertian, dan realitas ada dan terpisah dari kesadaran manusia. Makna dan realita tetap ada meskipun manusia tidak menyadarinya (Guba & Lincoln 1994). Manusia hanyalah menemukan adanya makna atas realita tersebut. Sebagai contoh, emas yang terkandung di dalam tanah tetaplah emas. Emas tersebut mengandung makna intrinsik sebagai emas. Ketika manusia menemukan emas tersebut dan mengenalinya sebagai emas, maka manusia hanya menemukan makna emas tersebut. Makna emas tersebut diam dan menunggu untuk ditemukan. Epistomologi objectivism ini yang kebanyakan dianut oleh peneliti kuantitatif. Dan seterusnya...

Perspektif Teoritis
Dalam memilih metodologi penelitian yang kita gunakan, secara sadar ataupun tidak, kita membawa asumsi dasar. Sebagai peneliti, kita harus berupaya menyadari dan mendeskripsikan asumsi-asumsi tersebut. Asumsi dasar tersebut akan tampak dalam metodologi yang kita gunakan. Perspektif teoritis berkaitan dengan cara pandang terhadap dunia dan kehidupan dalam dunia tersebut (Creswell 2003; Crotty 1998; Jacob 1998). Nama lain perspektif adalah paradigma penelitian (Campbell 2007). Ada beberapa perspektif teoritis yang biasa digunakan, antara lain positivism, interpretivism, critical inquiry, feminism, postmoderninsm, dan lain-lain (Crotty 1998; Saunders, Lewis & Thornhill 2007).
Penelitian kuantitatif biasanya menggunakan perspektif teoritis positivism sedangkan penelitian kualitatif menggunakan interpretivism. Positivism dipopulerkan oleh Auguste Comte. Positivism menganggap pengetahuan yang autentik adalah pengetahuan yang telah melalui pengujian dengan metodologi ilmiah. Akar positivism dapat ditelusuri mulai dari masa pencerahan (Enlightement). Dan seterusnya

Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan epistemologi objectivism dengan perspektif teoritis positivism menggunakan metode eksperimental atau pengukuran kuantitatif untuk menguji hipotesis dengan tujuan menemukan generalisasi dan menekankan pada pengukuran dan analisis hubungan sebab akibat di antara variabel (Crotty 1998; Hoepfl 1997; Sekaran 2000). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) di mana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007). Dengan melihat perbedaan epistemologi dan perspektif teoritis yang melandasi penelitian kuantitatif dan kualitatif, maka operasional keduanya akan sangat tampak berbeda. Penelitian kuantitatif karena berakar dari objectivism dan menganut perspektif teoritis positivism maka akan menemukan kebenaran yang sejak dulu ada tersembunyi di suatu tempat. Kebenaran yang menunggu untuk ditemukan tersebut akan dapat ditemukan oleh siapapun dengan alat yang tepat. Sebaliknya, penelitian kualitatif berusaha menggali dan memahami pemaknaan akan kebenaran yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda. Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif disarikan ke dalam Tabel 1 (disarikan dan diadaptasi dari Avison & Myers 2005; Blaikie 2000; Crotty 1998; Glesne & Peshkin 1992; Guba & Lincoln 1994; Leedy & Ormrod 2005; Miles & Huberman 1994). Dan seterusnya...

Disadur dari Buku Penelitian Kulaitatif: Dasar-Dasar Pengarang Samiaji Sarosa Penerbit Indeks Jakarta [Bab 1 hal 3]

Rabu, 25 Januari 2017

Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

Berbagai model pengembangan kurikulum bagi PAUD sangat diperlukan ketika seseorang ataupun dalam tim akan mengembangkan lembaga pendidikan yang sesuai dengan situasi dan kondisi alam, budaya dan kebiasaan yang ada di masyarakat. Untuk di Indonesia model pengembangan kurikulum akan sangat berguna bagi pengembangan potensi kedaerahan yang cenderung berbeda satu dengan lainnya. Sudah semestinya terdapat perbedaan model pembelajaran pada masing-masing daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berbeda. Diharapkan setelah mempelajari bab ini, pembaca dan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pilar pengembangan kurikulum anak usia dini
2. Mengkaji pendekatan dalam pengembangan kurikulum
3. Mengkaji prinsip pengembangan kurikulum
4. Menerapkan berbagai model pembelajaran anak usia dini
5. Menerapkan model kurikulum anak usia dini berdasarkan rentang usia
Berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran/indikator di atas, maka selanjutnya dipaparkan topik bahasan tersebut. 

A. Pilar Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini
Pengembangan kurikulum anak usia dini hendaknya dikembangkan berdasarkan tiga pilar, yaitu:
(1) Penataan lingkungan di dalam dan di luar kelas (in-door dan out-door); (2) Kegiatan bermain dan alat permainan edukatif dan (3) interaksi yang ditunjukkan oleh guru dan anak serta orang-orang yang terdapat di lembaga pendidikan tersebut. Selanjutnya pilar tersebut perlu dijabarkan ke dalam suatu strategi pembelajaran pada pendidikan anak usia dini yang terdiri dari komponen-komponen berikut ini.
• Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap rentangan usia anak.
• Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan anak (DAP= Developmentally Approriate Practice).
• Metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan
anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan.
• Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman dan menimbulkan ketertarikan
bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi.
• Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah asesmen melalui observasi
partisipatif terhadap apa yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh anak.

B. Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAUD
Pakar psikologi perkembangan memandang bahwa anak terlahir dengan dorongan dari dalam dirinya untuk menguasai berbagai kompetensi. Sebagai contoh seorang anak pada usia berjalan akan terlihat adanya usaha keras untuk menarik dirinya berdiri menggunakan kursi, pada mulanya memang ia tidak akan segera naik bahkan terkadang terjatuh sehingga tampak diwajahnya menunjukkan kekesalan. Perjuangan untuk dapat berjalan terjadi secara kontinyu. Seolah takut terjatuh lagi, anak membangun kekuatan untuk bangun dan berdiri. Ini adalah bukti bahwa ada dorongan dari dalam (motivasi instrinsik) yang mengharuskan anak berdiri tegak dan kemudian berjalan. Pada dasarnya terdapat 2 pendekatan utama yang digunakan untuk pendidikan anak usia dini, yaitu pendekatan perilaku dan pendekatan perkembangan (Hainstock, 1999:7). Pendekatan perilaku beranggapan bahwa konsep-konsep tidaklah berasal dari dalam diri anak dan tidak berkembang secara spontan. Atau dengan perkataan lain konsep-konsep tersebut harus ditanamkan pada anak dan diserap oleh anak, sehingga pendekatan seperti ini melahirkan pengajaran yang berpusat pada guru (Wolfgang dan Wolfgang, 1995:55). Pendekatan perkembangan, berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak usia dini. Terdapat beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia dini adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapat informasi mengenai dunia lewat permainannya, (2) setiap anak mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3) anak bergantung pada orang lain dalam hal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial, (4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda (Wolfgang dan Wolfgang, 1995: 56-58). Metodologi yang sesuai dengan perkembangan adalah metodologi yang didasarkan pada pengetahuan mengenai perkembangan anak. Setiap anak berkembang melalui tahapan perkembangan yang umum, tetapi pada saat yang sama setiap anak juga adalah makhluk individu dan unik. Pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang sesuai dengan minat, tingkat perkembangan kognitif serta kematangan sosial dan emosional. Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak memulai bermain make believe, anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna onyek yang mereka representasikan secara independen. Dengan demikian, pada awal proses penggantian objek dalam bermain dramatik prototipikalitas objek menjadi sangat krusial, sementara perkembangan berikutnya bermain dramatik prototipikalitas menjadi kurang begitu penting. Berhubungan dengan hal tersebut di atas, maka peran pendidik berkaitan dengan teori perkembangan antara lain adalah: (1) tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha mengikuti arus perkembangan anak yang individual, (2) mengkreasikan lingkungan dengan materi yang luas, beragam, dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar, (3) memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari setiap anak, dan (4) adanya bimbingan dari guru agar anak tertantang untuk melakukan sendiri.

1. Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak (Kostelknik (1991: 17). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada anak karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Sesuai dengan perkembangan fi sik dan mental anak usia empat sampai enam tahun, pembelajaran pada tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. (1) Berpusat pada anak. (2)Memberikan pengalaman langsung pada anak. (3) Pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas. (4) Menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu proses pembelajaran. (5) Bersifat fl eksibel atau luwes. (6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (Kostelnik, 1991: 17-20)

2. Pusat Kegiatan Belajar (Sentra)
Salah satu tugas yang cukup sulit bagi guru anak usia dini adalah ketika mereka harus merencanakan, mendesain, dan mengadakan pengaturan pusat sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum yang tepat untuk tingkat kemampuan anak-anak yang berbeda dalam satu kelas. Hal ini tentunya sangat berhubungan dengan pembelajaran yang berpusat pada anak. Pusat kegiatan belajar pada pembelajaran yang berpusat pada anak dibangun atas dasar bahwa setiap anak memiliki modalitas, gaya belajar, dan minat yang berbeda terhadap pengetahuan yang ingin diketahuinya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Day yang menyatakan bahwa pusat kegiatan belajar dapat mengadaptasi perbedaan dari gaya belajar, tingkat kematangan, dan perkembangan anak, dan perbedaan dari latar belakang yang berbeda. Prinsip yang digunakan adalah individualisasi pengalaman belajar. Setiap anak diperkenankan untuk memilih pusat kegiatan belajar yang akan digunakan untuk bereksplorasi dan bermain. Craig dan Borba (1978:3) berpendapat bahwa konsep dari pusat kegiatan belajar adalah:
I hear and I forget                    Saya dengar dan saya lupa
I see and I remember               Saya lihat dan saya ingat
I do and I understand               Saya lakukan dan saya paham
Pendapat inilah yang mendukung kegiatan melalui belajar sambil berbuat (learning by doing ) di semua area di pusat kegiatan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa model pembelajaran sentra memiliki ciri khas pembelajaran sebagai berikut: learning by doing, pembelajaran dilakukan secara langsung oleh anak, dimana kelima indra anak terlibat secara langsung, sehingga anak memperoleh pengetahuan dari interaksi anak dengan lingkungan secara langsung; learning by stimulating, pembelajaran ini menitikberatkan pada stimulasi perkembangan anak secara bertahap, jadi pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan anak; learning by modelling, pembelajaran sentra juga menggunakan orang dewasa dan anak yang perkembanganya lebih berkembang sebagai contoh. Selanjutnya Craig dan Borba (1978:15) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang harus diperhatikan disetiap sentra, yaitu: (1) program card, setiap anak harus merencanakan apa yang akan mereka lakukan pada hari itu; (2) open choice, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dimana setiap kelompok akan mendapat tugas untuk mengerjakan tugas bersama-sama dan guru mengatur perpindahan dari satu sentra ke sentra lainnya; (3) multi station, berupa tempat pergantian dan waktu menunggu 3-5 menit; serta (4) enrichment centers, setelah anak-anak menyelesaikan tugasnya di masing-masing sentra, apabila ada waktu luang mereka boleh menggunakan sentra untuk program pengayaan. 3. Pengelolaan Kelas Berpindah (Moving Class Activity) Pengelolaan kelas merupakan pengaturan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru baik di dalam ruang (indoor activity) ataupun di luar (outdoor activity) dalam rangka melancarkan proses belajar dan pembelajaran pada anak. Carrol (1991:22) menyakini bahwa pengaturan kelas adalah kunci sukses dari program pembelajaran untuk anak usia dini, berapa lama waktu untuk melakukan dan apa yang akan dilakukan. Untuk itu kelas harus dibagi kedalam beberapa sentra dimana anak-anak dapat bermain, belajar, duduk, berbicara atau berada di dalam kelompoknya. Berhubungan dengan model bermain kreatif dimana semua pengalaman belajar yang akan diperoleh anak diwujudkan dalam bentuk sejumlah kegiatan di dalam dan di luar kelas, sehingga kegiatan anak berpindahpindah dari satu sentra ke sentra lainnya sesuai dengan program, sarana pembelajaran dan suasana belajar yang ingin diciptakan. Suasana kelas yang dinamis, bebas bereksplorasi dalam melakukan otoaktivitas, penjelajahan dan pengembangan minat dengan sistem pengawasan guru yang berpindah-pindah tempat menemani anak beraktivitas. Untuk itu tata letak bangku berkelompok kecil, menyebar dan tidak berorientasi terpusat pada guru, tetapi diharapkan berorientasi pada program aktivitas secara individual atau berkelompok. Pengelolaan ruang kelas dan kegiatan bimbingan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh guru anak usia dini. Kebijakan yang diambil guru dan bimbingan yang tepat bermanfaat dalam beberapa hal seperti:
(1) mencegah dan mengurangi tingkah laku dan masalah-masalah pengelolaan, (2) memberikan kesempatan
dan merespon keberhasilan pertumbuhan terhadap anak-anak yang mempunyai penyimpang, (3) mendukung
belajar dan pembelajaran yang terjadi dalam situasi di ruang kelas, (4) menumbuhkan harga diri dalam jiwa anak, mengembangkan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dan dapat bertanggungjawab, membantu mereka mengembangkan sikap pengendalian diri dan disiplin untuk diri mereka sendiri, dan menyediakan contoh dari suatu konfl ik masalah.

C. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Subandiyah (1996:4) mengemukakan tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang kemudian dimodifi kasi oleh penulis berdasarkan kesesuaiannya dengan pendidikan anak usia dini. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip berikut ini: 
Relevansi, kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara individu.
Adaptasi, kurikulum anak usia dini harus memperhatikan dan mengadaptasi perubahan psikologis, IPTEK, dan Seni.
Kontinuitas, kurikulum anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya.
Fleksibilitas, kurikulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan dikembangakan secara fleksibel
sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara.
Kepraktisan dan Akseptabilitas, kurikulum anak usia dini harus memberikan kemudahan bagi praktisi
dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini. Dan seterusnya...

Disadur dari Buku Konsep Dasar PAUD Pengarang Yuliani Nurani Penerbit Indeks Jakarta [Bab 11 hal 209]

Metode Penelitian Kuantitatif

DEFINISI PENELITIAN
Menurut Kuncoro (2003), penelitian ilmiah adalah aplikasi secara formal dan sistematis dari metode ilmiah untuk mempelajari dan menjawab permasalahan. Menurut Nasution (1996), penelitian ilmiah adalah kegiatan penelitian dengan menggunakan metode dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, dimana penelitian yang menggunakan hipotesis dirumuskan setelah dikumpulkan data objektif secara sistematis dan diuji secara empiris. Menurut Sekaran (2006), penelitian adalah proses dengan berbagai langkah dalam menemukan solusi terhadap masalah yang problematik guna membantu manajer untuk membuat keputusan yang tepat. Menurut Supranto (1997), penelitian adalah suatu kegiatan untuk memperoleh data dan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu, untuk memecahkan permasalahan atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari berbagai definisi penelitian di atas, dapat ditarik beberapa kata kunci, yaitu: 
1. Proses Penelitian
Bahwa setiap kegiatan apapun mengandung proses, termasuk penelitian. Proses penelitian diawali dari pengumpulan data, yaitu bagaimana proses data itu dikumpulkan, data apa yang harus dikumpulkan (sesuai kebutuhan), kemudian bagaimana proses analisis data yang dikumpulkan. Proses penelitian ilmiah selalu menggunakan metode, prinsip ilmu pengetahuan yang mengutamakan pendekatan empiris, dan sistematis. Proses penelitian berkaitan erat dengan desain penelitian, dimana desain penelitian dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu desain survei, desain studi kasus, dan desain eksperimen (Nasution, 1996:25-37).
2. Masalah
Bahwa tidak setiap penelitian ditujukan untuk memecahkan masalah, karena ada penelitian yang dilakukan hanya sebatas untuk mengetahui sesuatu (seperti profil/eksplorasi, deskriptif, dan sejenisnya), atau untuk mengembangkan teori dengan menggunakan hipotesis, atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah itu sendiri ada tiga jenis, yaitu masalah yang tidak membutuhkan penelitian dalam mencari solusinya (karena sangat sederhana), masalah yang sulit untuk dipecahkan melalui penelitian (karena berkaitan dengan berbagai aspek teknis dan nonteknis), dan masalah yang perlu adanya penelitian dalam mencari solusinya. 
3. Pengambilan Keputusan
Bahwa hasil penelitian pada dasarnya menjadi bahan masukan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan. Kegiatan sekecil apapun, selalu menjalankan unsur-unsur manajemen, di mana salah satu unsurnya yang paling mendasar adalah pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penelitian merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat bagi manajemen, khususnya dalam pengambilan keputusan, meskipun tidak
semua pengambilan keputusan memerlukan penelitian. 

Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif 
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, baik tentang tujuan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber data, maupun metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis data). Variabel penelitian terukur dengan berbagai bentuk skala pengukuran, yaitu skala nominal, ordinal, interval, maupun rasio. Subjek penelitian, atau sering pula disebut sebagai unit analisis, adalah sesuatu sebagai wahana yang merupakan sumber data, yang dapat memberikan data atau informasi bagi kegiatan penelitian. Subjek penelitian dapat berwujud sebagai individu maupun kelompok (karyawan, konsumen, kepala keluarga, anak, dan lain sebagainya), atau dapat pula berbentuk perusahaan, industri, departemen, organisasi, institusi lainnya, maupun berbagai media informasi (cetak maupun elektronik). Objek penelitian adalah sesuatu yang mewakili data yang akan dianalisis melalui penelitian, dan biasanya disebut sebagai variabel penelitian yang harus diukur datanya dengan menggunakan skala-skala tertentu. Skala pengukuran variabel penelitian terdiri dari berbagai jenis kategori, dan kehadiran kategori dimaksudkan untuk membedakan variasi/heterogenitas data yang dikumpulkan. Sampel data adalah sebagian elemen data yang mewakili populasi objek penelitian dalam rangka pelaksanaan penelitian karena adanya kendala yang dihadapi oleh peneliti seperti biaya, waktu, tenaga, serta heterogenitas atau homoginitas elemen populasi tersebut. Penjelasan lebih detail tentang sampel data dapat dipelajari dalam bab tersendiri yang berkaitan dengan metode pengambilan sampel. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis yang dipakai sebagai judul buku ini, menekankan metodologi dengan pendekatan kuantitatif yang mana uraiannya disajikan secara lengkap dengan contoh-contoh praktis. Sajian buku ini semoga dapat memberikan inisiasi bagi peneliti pemula atau mahasiswa dalam proses belajar-mengajar di dalam kampus yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sesuai dengan isu-isu penelitian tentang akuntansi, keuangan, manajemen, dan pemasaran. Khusus bagi komunitas mahasiswa bahwa metode penelitian untuk bisnis tidak hanya dimonopoli oleh fakultas ekonomi saja, bisa saja fakultas lain yang beorientasi bisnis. Fakultas lain selain fakultas ekonomi yang berorientasi bisnis misalnya FIKOM (Fakultas Ilmu Komunikasi). Saat ini teknologi komunikasi sangat maju, sehingga dimanfaatkan sebagai.... Dan seterusnya...

DESAIN PENELITIAN
Kegiatan awal sebelum desain penelitian dibuat adalah memilih suatu isu atau fenomena yang terjadi di sekitar kita, kemudian menetapkan permasalahan apa yang hendak diangkat untuk suatu penelitian. Tentu saja fenomena dan permasalahan yang diangkat sangat berkaitan erat dengan lingkungan kegiatan, yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi manajemen agar secara operasional ke depan lebih optimal dalam mencapai sasaran yang diinginkan. Permasalahan dalam suatu penelitian tergantung dari tujuan yang hendak dirumuskan, sehingga batas-batas permasalahan sangatlah luwes (flexible). Tujuan sebuah penelitian berorientasi pada objek yang akan diteliti, sehingga objek penelitian atau variabel yang akan diamati sangat mewarnai dalam perumusan masalah maupun tujuan penelitian. Setelah tujuan maupun masalah dalam penelitian selesai dirumuskan, maka selanjutnya segera disusun desain penelitian agar perencanaan dan pelaksanaan penelitian dapat berjalan sesuai dengan ketentuan dan terarah (fokus dan sistematis). Oleh karena itu, desain penelitian umumnya mengandung unsur-unsur tentang perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Unsur-unsur dalam perencanaan penelitian :
• Menyusun kerangka teori/konsep atau merumuskan hipotesis apabila penelitian menggunakan hipotesis.
• Menyusun kerangka metode pengukuran variabel penelitian (merumuskan kategori).
• Menyusun kerangka metode pengumpulan data dan desain sampel data.
• Menyusun kerangka metode analisis data.
2. Unsur-unsur yang terkandung dalam pelaksanaan penelitian :
• Memprediksi kebutuhan waktu yang diperlukan.
• Memprediksi biaya yang dibutuhkan.
• Menyusun organisasi pelaksana dan sumberdaya lainnya.
 
Beberapa Perbedaan Desain Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa desain penelitian dapat digolongkan menjadi tiga kelompok. Perbedaan di antara ketiga jenis desain penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Desain survei dalam penelitian lebih bertitik berat pada metode pengumpulan data. Apabila data yang akan dikumpulkan menyangkut seluruh elemen populasi, maka disebut sensus. Namun, jika diambil sebagian kecil dari elemen populasi yang dianggap mampu mewakili populasinya, maka disebut sampling, sehingga metode sampling sangat berperan di dalam desain survei. Desain survei dapat diaplikasikan pada penelitian yang bersifat historis, eksploratif, deskriptif, korelasional, serta kausal komparatif dan eksperimental.
2. Desain studi kasus dalam penelitian lebih bertitik berat pada individu maupun kelompok. Penelitian menyelidiki lebih mendalam tentang spesifikasi individu atau kelompok mengenai objek yang diamati dan lingkungan sosialnya. 
3. Desain eksperimen dalam penelitian lebih bertitik berat pada objek penelitian (variabel penelitian), yang intinya adalah menyelidiki tidak hanya hubungan kausal antara variabel bebas dan varibel terikat. Dalam desain eksperimen dilakukan pengontrolan terhadap satu variabel atau lebih yang pengaruhnya sebenarnya tidak dikehendaki. Berarti bahwa penelitian di dalam desain eksperimen harus diciptakan suatu situasi buatan (eksperimen) yang berguna untuk menguji ketajaman suatu hipotesis. Desain eksperimen lebih mudah dilakukan pengontrolan dalam laboratorium, namun tidak demikian halnya ketika dilakukan di lapangan karena banyak faktor pengganggunya.

CONTOH-CONTOH PENELITIAN DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEK
Di bawah ini dapat ditelusuri beberapa contoh penelitian yang ditinjau dari berbagai aspek.
1. Penelitian Historis
Menurut Kuncoro (2003:8), penelitian historis meliputi kegiatan penyelidikan, pemahaman, dan penjelasan keadaan yang telah lalu. Kesimpulan diambil berdasarkan sebab-sebab, dampak atau perkembangan dari kejadian yang telah lalu yang dapat digunakan untuk menjelaskan kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. Sumber datanya dapat dipilih dari dua cara, yaitu data primer (peranserta masyarakat) dan data sekunder (dokumen atau deskripsi yang telah disusun oleh masyarakat). Evaluasi data historis meliputi kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal berhubungan dengan kebenaran / ketepatan data, sementara kritik internal berhubungan dengan nilai dari data tersebut. Nilai data ditentukan oleh tingkat akurasi dan reliabilitas serta dukungannya kepada hipotesis. Beberapa contoh penelitian historis adalah :
• Perkembangan produksi suatu komoditas yang bergerak dalam lima tahun terakhir.
• Dampak kebijakan fiskal terhadap industri dalam negeri.
 
2. Penelitian Eksploratif
Biasanya kegiatan penelitian dilakukan untuk pengujian terhadap hipotesis-hipotesis. Hipotesis didasarkan atas pengalaman masa lampau atau teori yang telah dipelajari sebelumnya. Namun, masalah yang sering terjadi adalah ketidakmampuan mengangkat hipotesis karena tidak ada dasar yang kuat untuk mengangkat teori karena permasalahan yang dihadapi masih baru. Jadi, penelitian eksplorasi adalah penggalian fakta yang terjadi dan atau untuk mendukung hipotesis (Supranto, 1997:41). Dan seterusnya....

Disadur dari Buku Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis Pengarang Puguh Suharso Penerbit Indeks Jakarta [Bab 1 hal 2]

Jumat, 13 September 2013

Beternak Bebek Pedaging

Bebek merukapan ungas yang mudah di kembangkan atau diternakan. Banyak sekali sumber daya yang bisa kita ambil dari bebek ini, ada telurnya, dagingnya bahkan kotorannya bisa di jadikan pupuk. Penggemar daging dan telur bebek sekarang semakin banyak, karena rasa dari dagingnya yang sangat lezat. Telurnya pun bisa dibikin telur asin yang tak kalah lezat dengan dagingnya. Kebutuhan akan ketersediaan daging dan telur bebek ini sangatlah tinggi, nah inilah kesempatan Anda karena bisnis ini masih sangat potensial untuk dijalankan.

Umumnya usaha peternakan bebek ditujukan untuk bebek petelur. Namun peluang bebek pedaging juga bisa diambil dari bebek jantan atau bebek betina yang sudah lewat masa produksinya. Selain itu bisa juga pebisnis mengambil bagian pembibitan ternak bebek sebagai fokus usaha.

Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan pemasaran hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur (umur 20 minggu ke atas).

Masa produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun. Produksi telur rata-rata bebek lokal berkisar antara 200-300 butir per tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, bebek alabio memiliki produktivitas tinggi di atas 250 butir per tahun dengan masa produksi telur hingga 68 minggu.

Pemeliharaannya tidak membutuhkan waktu yang lama, dimana hasil sudah bisa dipetik dalam waktu 2-3 bulan. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya relatif lebih baik daripada bebek betina. Berat badan sampai saat dipotong tidak kurang dari 1,5 kg. Dengan memanfaatkan bebek jantan, dalam waktu yang relatif singkat sudah dapat dicapai berat yang lebih dibutuhkan. Pemotongan pada umur yang relatif muda, menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih tinggi.

Bebek Siap Telur = Rp 39.000,- S/d Rp 42.000,-
DOD Betina = Rp 3700,-
DOD Jantan = Rp 3200-
Bebek Potong 1,2 kg s/d 1,3 kg = Rp 19.500,-
Telur Tetas = Rp 1250,-
Telur Konsumsi = Rp. 900,-
Usaha peternakan itik di Indonesia  telah  lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal  bagi  pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik, antara lain :

1. Seleksi Bibit
Bibit itik di Indonesia dibagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Itik Lokal
1). Itik Tegal (Tegal).
Ciri-ciri : warna bulu putih polos sampai cokelat hitam, warna paruh dan kaki kuning atau hitam.

2). Itik Mojosari (Mojosari Jawa Timur).
Ciri-ciri : warna bulu cokelat muda sampai cokelat tua, warna paruh hitam dan kaki berwarna hitam.

3). Itik Alabio (Amuntai Kalimantan Selatan).
Ciri-ciri : badan lebih besar dibandingkan dengan itik Tegal.

4). Itik Asahan dikembangkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara.
b. Itik Persilangan

2. Pakan
a. Jenis Pakan : jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dll.
b. Pemberian Pakan :
Umur 1 – 2 minggu 60 gr/ekor/hari.
Umur 3 – 4 minggu 80 gr/ekor/hari.
Umur 5 – 9 minggu 100 gr/ekor/hari.
Umur 10 minggu 150-180gr/ekor/hari.

3. Perkandangan
a. Lokasi Kandang
Jauh dari keramaian.
Ada atau dekat dengan sumber air.
Tidak terlalu dekat dengan rumah.
Mudah dalam pengawasan.
b. Bahan kandang bisa terbuat dari kerangka kayu atau bambu, atap genteng dan lantainya pasir atau kapur.
c. Daya tampung untuk 100 ekor itik :
Umur 1 hari – 2 minggu 1 -2 m.
Umur 1 – 2 minggu 2 – 4 m.
Umur 2 – 4 minggu 4 – 6 m.
Umur 4 – 6 minggu 6 – 8 m.
Umur 6 – 8 minggu 8 – 10 m.
Itik dara sampai umur 6 bulan 5 – 10 ekor/m.

4. Tatalaksana Pemeliharaan
a. Secara ekstensif yaitu pemeliharaan yang berpindah-pindah.
b. Secara intensif  yaitu  secara terus-menerus dikandangkan seperti ayam ras.
c. Secara semi intensif yaitu dipelihara di kandang yanga ada halaman berpagar.

Perbandingan jantan dan betina (sex ratio) adalah 1 : 10 dan dipilih ternak itik yang berproduksi tinggi.

5. Kesehatan
a. Penyakit Berak Kapur.
Penyebab : Bakteri Salmonella Pullorum. Tanda-tanda : Berak putih, lengket seperti pasta.
Pencegahan: Kebersihan kandang, makanan, minuman, vaksinasi, dan itik yang sakit dipisahkan.

b. Penyakit Cacing.
Penyebab : Berbagai jenis cacing.
Tanda-tanda : Nafsu makan kurang, kadang-kadang mencret, bulu kusam, kurus, dan produksi telur menurun. Pencegahan: Kandang harus bersih, kering tidak lembab, makanan dan minuman harus bersih dan sanitasi kandang.

c. Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.
Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar air mata berlebihan.
Pencegahan : Pemberian sayuran / hijauan dalam bentuk segar setiap hari.

6. Pasca Panen
a. Telur itik dapat diolah menjadi telur asin, telur pindang, dll.
b. Bebek dapat diolah menjadi bebek panggang dll
c. Bulu dapat diolah menjadi kerajinan tangan
d. Tinja/kotoran itik dapat menjadi pupuk. 

Sumber: http://www.carabeternak.com/2013/03/peluang-usaha-beternak-bebek-pedaging.html

Selasa, 25 Juni 2013

Ternak Bebek Skala Kecil Dan Menengah

Budidaya adalah unit usaha peternakan di bidang produksi ternak, budidaya ternak bebek berarti usaha peternakan bidang produksi ternak bebek, dalam budidaya perlu diperhatikan aspek skala yang akan kita buat apakah usaha ternak sekala kecil, menangah atau besar. landasan dalam menantukan skala usaha adalah faktor bisnis dan juga analisa secara cermat tentang resiko dan peluang pada ternak bebek. Jika kita sebagai pemula dalam beternak bebek ini sebaiknya mulailah dengan skala kecil terlebih dahulu sehingga lambat laun kita memahami manajemen tenrnak bebek sepenuhnya. Dalam budidaya ini dibutuhkan perencanaan menyangkut jenis yang akan kita budidayakan; apakah bebek petelur atau bebek pedaging. Kedua jenis ini memiliki resiko dan prospek yang berbeda dari segi bisnis dan analisa ekonomis.

Perlu dipahami mengenai skala dalam usaha ternak, dalam peraturan pemerintah telah diatur tentang skala budidaya ternak ini baik sapi, unggas yang didalamnya termasuk budidaya bebek. Kaitan dari skala usaha ternak budidaya ini dengan perencanaan adalah adanya aturan pemerintah yang mengatur bahwa usaha peternakan skala tertentu membutuhkan izin usaha, adapun peraturan pemerintah yang mengatur tentang skala usaha budidaya ternak yang wajib izin ini adalah keputusan menteri pertanian yang dikeluarkan dengan nomor 404/kpts/OT.210/6/2002 peraturan ini juga berlaku untuk budidaya ternak bebek, berikut aturan skala ternak wajib izin:

  1. Ayam ras pedaging dengan kapasitas lebih dari 15.000 ekor/ siklus
  2. Ayam ras petelur lebih dari 10.000 ekor ayam produktif
  3. Itik, angsa atau entok lebih dari15.000 ekor
  4. Ayam kalkun lebih dari 10.000 ekor
  5. Burung puyuh lebih dari 25.000 ekor
  6. Burung dara lebih dari 25.000 ekor
  7. Kambing /domba lebih dari 300 ekor
  8. Sapi potong lebih dari 100 ekor
  9. Kerbau lebih dari 75 ekor
  10. Sapi perah lebih dari 20 ekor
  11. Kuda lebih dari 50 ekor
  12. Kelinci lebih dari 1.500 ekor
  13. Rusa lebih dari 300 ekor

Jika anda ingin membuka usaha budidaya ternak bebek atau itik yang kapasitasnya kurang dari 15.000 ekor maka skala usaha anda dikategorikan usaha yang tidak wajib izin itu berdasarkan aturan diatas, namun demikian berbeda daerah bisa saja berbeda perda yang diberlakukan. Setelah skala usha ternak bebek/ itik sudah ditentukan, selanjutnya perisapan:
  • Kandang
  • Pemilihan bibit
  • Manajemen ternak bebek
  • Pengetahuan menyangkut (cara budidaya ternak bebek, penyakit-penyakit umum pada bebek dan juga cara mengatasinya untuk meningkatkan kesehatan)
Kandang ternak bebek yang ideal adalah 1 M2 maksimal diisi dengan 7 ekor bebek jika kurang dari 7 lebih baik, selain itu perhatikan kualitas bibit bebek yang anda beli (DOC), jika anda ingin mem-budidayakan bebek petelur maka perbandingan bibit jantan dan betina yang baik adalah 2 : 1 (2 ekor betina satu ekor jantan), ini untuk meningkatkan peluang produksi ternak bebek yang akan dibudidayakan. 

Manajeman ternak bebek dapat anda pelajari dari buku-buku praktis cara beternak bebek yang banayk dijual di toko buku, inti dari manajemen budidaya adalah kebiasaan sang peternak atau pengelola kandang. Ingat satu hal bahwa tidak ada peternakan yang tidak memiliki resiko kesehatan, dipastikan setiap usaha ternak pasti akan bertemu dengan penyakit termasuk bebek, untuk itu lakukan vasinasi secara lengkap terhadap bebek yang anda pelihara. Saya rasa inti dari sebuah peternakan adalah kesehatan ternak, bila bebek yang anda pelihara jauh dari penyakit maka anda akan semakin dekat dengan laba.
Sumber: http://kesehatan-ternak.blogspot.com/