Kamis, 19 Januari 2017

Desain Anavar Satu-Jalan

Pada bab 8 telah dijelaskan mengenai desain penelitian eksperimental dua-kelompok, yang digunakan untuk membandingkan dua variasi dari sebuah 5B. Bagaimana bila kita akan membandingkan lebih dari dua variasi 5B? Kemudian, mencari tahu manakah variasi VB yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap VT? Apakah desain dua-kelompok dapat digunakan untuk menjawab kedua pertanyaan ini?
Misalnya saja, seorang guru mengetahui bahwa ada tiga metode pengajaran, yaitu metode ceramah, metode diskusi, dan metode collaborative learning. Ia ingin mengetahui metode pengajaran apa yang memiliki pengaruh terbesar terhadap prestasi siswa, sehingga akan digunakan pada mata pelajaran yang diajarkannya. Bila ia ingin menjawabnya dengan melakukan penelitian eksperimental, apakah dapat dilakukan desain dua-kelompok?
Dengan menggunakan desain dua-kelompok, maka ada tiga kali penelitian eksperimental yang harus dilakukan. Pertama, membandingkan siswa yang diberikan metode ceramah dengan siswa yang diberikan metode diskusi. Kedua, membandingkan siswa yang diberikan metode ceramah dengan siswa yang diberikan metode collaborative learning. Dan ketiga, membandingkan siswa yang diberikan metode diskusi dengan siswa yang diberikan metode collaborative learning. Kemudian dari setiap penelitian dilakukan analisis statistik seperti desain dua-kelompok terhadap prestasi siswa, yaitu menggunakan uji-t. Dari tiga hasil perhitungan uji-t, dapat diketahui metode yang memberikan pengaruh terbesar terhadap prestasi para siswa dari uji signifikansinya dengan membandingkannya pada tabel. Tabel berikut memberikan hasil dari uji-t penelitian tersebut.

Penelitian
Perbandingan
Signifikansi uji-t
1
ceramah – diskusi
0,00*
2
ceramah – collaborative learning
0,78
3
Diskusi - collaborative learning
0,01*
* signifikan pada los 0,05

Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode diskusi terhadap prestasi siswa dan antara metode diskusi dengan metode collaborative learning, namun tidak ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode collaborative learning. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan metode pengajaran yang paling berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena metode diskusi selalu menyebabkan hasil uji-t signifikan, sedangkan metode ceramah dan metode collaborative learning tidak berbeda pengaruhnya terhadap prestasi.
Dari contoh di atas, ternyata prosedurnya cukup merepotkan. Untuk membandingkan tiga metode belajar diperlukan tiga kali penelitian eksperimental yang melibatkan dua-kelompok pada setiap penelitiannya. Bila penelitian di atas akan dilakukan di suatu sekolah, maka penelitian ini minimal membutuhkan waktu tiga tahun, karena setiap penelitian eksperimental dilakukan selama satu tahun ajaran. Supaya hasilnya dapat diperbandingkan, maka penelitian selanjutnya juga dilakukan pada tingkat kelas yang sama dengan materi pelajaran yang sama pula. Atau mungkin cara yang lebih praktis, pada tingkat kelas sama dan tahun ajaran yang sama, ketiga penelitian eksperimental tersebut dilakukan bersamaan. Dengan demikian dibutuhkan enam kelompok penelitian, di mana masing-masing metode belajar diberikan pada dua kelas. Kemudian di akhir tahun ajaran, prestasi dianalisis secara statistik dengan uji-t.
Walaupun cara kedua ini dirasakan tidak terlalu merepotkan dibandingkan cara pertama, tetap saja tidak praktis. Ada dua alasan yang mendasari. Alasan pertama, penelitian ini tetap membutuhkan tiga penelitian eksperimental berdesain dua-kelompok yang melibatkan enam kelompok penelitian, hanya untuk melihat perbedaan dari tiga metode pengajaran (tiga variasi VB). Bila kita akan membandingkan enam variasi VB maka dibutuhkan enam penelitian eksperimental berdesain dua-kelompok yang melibatkan dua belas kelompok penelitian. Dilihat dari prosedur penelitian, alangkah sangat tidak praktisnya desain dua-kelompok untuk membandingkan lebih dari dua variasi VB. Selain itu, seringkali jumlah kelas tidak mencukupi untuk melaksanakan penelitian dengan cara tersebut.
Alasan kedua, dilihat dari analisis statistik yang digunakan. Untuk mengetahui signifikansi uji-t yang dihitung (dan juga hasil analisis statistik lainnya), perlu diketahui level of significance (disingkat los). Besarnya los menunjukkan proporsi kemungkinan kesalahan (chance error) yang dapat diterima atau ditoleransi yang terjadi pada hasil penelitian. Misalnya dengan los sebesar 0,05, artinya diharapkan 95% dari perbedaan VT pada kelompok-kelompok penelitian disebabkan oleh VB yang diberikan, sedangkan 5% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor di luar VB. Dalam penelitian psikologi, los yang biasa digunakan lebih kecil atau sama dengan 0,05.

Disadur dari Buku Psikologi Eksperimen Karangan Liche Seniati, Aries Yulianto dan Bernadette N. Setiadi Penerbit INDEKS Jakarta. [Bab 9 hal 149]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar