Pada bab 8 telah dijelaskan mengenai desain penelitian
eksperimental dua-kelompok, yang digunakan untuk membandingkan dua variasi dari
sebuah 5B. Bagaimana bila kita akan membandingkan lebih dari dua variasi 5B?
Kemudian, mencari tahu manakah variasi VB yang memiliki pengaruh paling kuat
terhadap VT? Apakah desain dua-kelompok dapat digunakan untuk menjawab kedua
pertanyaan ini?
Misalnya saja,
seorang guru mengetahui bahwa ada tiga metode pengajaran, yaitu metode ceramah,
metode diskusi, dan metode collaborative learning. Ia ingin mengetahui
metode pengajaran apa yang memiliki pengaruh terbesar terhadap prestasi siswa,
sehingga akan digunakan pada mata pelajaran yang diajarkannya. Bila ia ingin
menjawabnya dengan melakukan penelitian eksperimental, apakah dapat dilakukan
desain dua-kelompok?
Dengan menggunakan
desain dua-kelompok, maka ada tiga kali penelitian eksperimental yang harus
dilakukan. Pertama, membandingkan siswa yang diberikan metode ceramah
dengan siswa yang diberikan metode diskusi. Kedua, membandingkan siswa
yang diberikan metode ceramah dengan siswa yang diberikan metode collaborative
learning. Dan ketiga, membandingkan siswa yang diberikan metode
diskusi dengan siswa yang diberikan metode collaborative learning.
Kemudian dari setiap penelitian dilakukan analisis statistik seperti desain
dua-kelompok terhadap prestasi siswa, yaitu menggunakan uji-t. Dari tiga hasil
perhitungan uji-t, dapat diketahui metode yang memberikan pengaruh terbesar
terhadap prestasi para siswa dari uji signifikansinya dengan membandingkannya
pada tabel. Tabel berikut memberikan hasil dari uji-t penelitian tersebut.
Penelitian
|
Perbandingan
|
Signifikansi
uji-t
|
1
|
ceramah
– diskusi
|
0,00*
|
2
|
ceramah
– collaborative learning
|
0,78
|
3
|
Diskusi
- collaborative learning
|
0,01*
|
* signifikan pada los
0,05
Dari tabel di
atas, diketahui bahwa ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode diskusi
terhadap prestasi siswa dan antara metode diskusi dengan metode collaborative
learning, namun tidak ada perbedaan antara metode ceramah dengan metode collaborative
learning. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
merupakan metode pengajaran yang paling berpengaruh terhadap prestasi siswa,
karena metode diskusi selalu menyebabkan hasil uji-t signifikan, sedangkan
metode ceramah dan metode collaborative learning tidak berbeda
pengaruhnya terhadap prestasi.
Dari contoh di
atas, ternyata prosedurnya cukup merepotkan. Untuk membandingkan tiga metode
belajar diperlukan tiga kali penelitian eksperimental yang melibatkan
dua-kelompok pada setiap penelitiannya. Bila penelitian di atas akan dilakukan
di suatu sekolah, maka penelitian ini minimal membutuhkan waktu tiga tahun,
karena setiap penelitian eksperimental dilakukan selama satu tahun ajaran.
Supaya hasilnya dapat diperbandingkan, maka penelitian selanjutnya juga
dilakukan pada tingkat kelas yang sama dengan materi pelajaran yang sama pula.
Atau mungkin cara yang lebih praktis, pada tingkat kelas sama dan tahun ajaran
yang sama, ketiga penelitian eksperimental tersebut dilakukan bersamaan. Dengan
demikian dibutuhkan enam kelompok penelitian, di mana masing-masing metode
belajar diberikan pada dua kelas. Kemudian di akhir tahun ajaran, prestasi
dianalisis secara statistik dengan uji-t.
Walaupun cara
kedua ini dirasakan tidak terlalu merepotkan dibandingkan cara pertama, tetap
saja tidak praktis. Ada dua alasan yang mendasari. Alasan pertama,
penelitian ini tetap membutuhkan tiga penelitian eksperimental berdesain
dua-kelompok yang melibatkan enam kelompok penelitian, hanya untuk melihat
perbedaan dari tiga metode pengajaran (tiga variasi VB). Bila kita akan
membandingkan enam variasi VB maka dibutuhkan enam penelitian eksperimental
berdesain dua-kelompok yang melibatkan dua belas kelompok penelitian. Dilihat
dari prosedur penelitian, alangkah sangat tidak praktisnya desain dua-kelompok
untuk membandingkan lebih dari dua variasi VB. Selain itu, seringkali jumlah
kelas tidak mencukupi untuk melaksanakan penelitian dengan cara tersebut.
Alasan kedua,
dilihat dari analisis statistik yang digunakan. Untuk mengetahui signifikansi
uji-t yang dihitung (dan juga hasil analisis statistik lainnya), perlu
diketahui level of significance (disingkat los). Besarnya los
menunjukkan proporsi kemungkinan kesalahan (chance error) yang dapat
diterima atau ditoleransi yang terjadi pada hasil penelitian. Misalnya dengan los
sebesar 0,05, artinya diharapkan 95% dari perbedaan VT pada
kelompok-kelompok penelitian disebabkan oleh VB yang diberikan, sedangkan 5%
sisanya disebabkan oleh faktor-faktor di luar VB. Dalam penelitian psikologi, los
yang biasa digunakan lebih kecil atau sama dengan 0,05.
Disadur dari Buku Psikologi Eksperimen Karangan Liche
Seniati, Aries
Yulianto dan Bernadette N. Setiadi Penerbit INDEKS Jakarta. [Bab 9 hal 149]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar